skip to main |
skip to sidebar
Blog Berbagi para Kader Dakwah | Unit Kegiatan Mahasiswa Islam komisariat Fakultas Ilmu Sosial UKMI ARRAHMAN UNIMED
Senin, 28 November 2011
Memaknai Tahun Baru Hijriah
Sang waktu terus
berjalan. Tak terasa kita masuki tahun baru 1433 Hijriah. Itu artinya hijrah
Rasulullah saw. beserta para sahabatnya ke Madinah telah berumur 1433 tahun.
Sebuah peristiwa bersejarah yang patut dikenang. Di dalamnya terkandung makna
dan keteladanan untuk sebuah pengorbanan sejati yang mengapresiasikan
perlawanan akan kebatilan sekaligus sikap konsisten mengedepankan kepentingan
misi dari kepentingan apa pun. Agar ia tetap lestari dan terjaga dari kepunahan
meski karenanya harus berdarah-darah mereka harus meninggalkan negeri, harta,
sanak dan handai-taulan tercinta. Dalam Ath-Thabaqat Al-Laits
bin Sa’ad mengutip sebuah riwayat dari Ibunda Aisyah r.a. adalah
Rasulullah saw. bersuka-cita saat jumlah pengikutnya mencapai tujuh puluh
orang karena itu artinya Allah telah membuatkan “tameng pertahanan”. Bukan
sembarangan mereka terdiri dari kaum profesional di bidang peperangan persenjataan
dan pembelaan.
Tetapi permusuhan dan
penyiksaan kaum musyrik bertambah gencar dan berat. Bahkan tingkat siksaan dan
celaan yang dirasakan sahabat belum pernah dialami sebelumnya. Mereka pun
mengadu kepada Rasulullah saw. dan meminta izin untuk berhijrah. Pengaduan dan
permintaan itu dijawab oleh Rasulullah saw. “Sesungguhnya aku pun telah
diberi tahu bahwa tempat kalian adalah Yatsrib. Barangsiapa yg ingin
keluar-hijrah- maka hendaklah ia keluar ke Yatsrib.” Para sahabat
kemudian hijrah secara bergelombang dan tentu saja dengan sembunyi-sembunyi
kecuali Umar bin al-Khattab r.a. Dengan tegas Umar bahkan bersuara lantang
“Barangsiapa ingin ibunya kehilangan anaknya atau istrinya menjadi janda atau
anaknya menjadi yatim piatu hendaklah ia menghadangku di balik lembah ini.”
Sebuah tantangan yg antiklimaks karena tak satu pun orang kafir Quraisy yg
berani menampakkan batang hidungnya.
Tibalah Rasulullah di
Yatsrib setelah sebelumnya para sahabatnya lebih dulu sampai. Beliau
disambut dengan penuh suka cita oleh sahabat Anshar. Yatsrib di kemudian hari
diganti namanya menjadi Al-Madinah al-Munawwarah. Hijrah itu sekaligus menjadi
tonggak awal dimulainya kalender Islam. Makna Hijrah Secara harfiah hijrah
artinya berpindah. Secara istilah ia mengandung dua makna hijrah makani dan
hijrah maknawi . Hijrah makani artinya hijrah
secara fisik berpindah dari suatu tempat yang kurang baik menuju yang lebih
baik dari negeri kafir menuju negeri Islam. Adapun hijrah maknawi artinya
berpindah dari nilai yang kurang baik menuju nilai yang lebih baik dari
kebatilan menuju kebenaran dari kekufuran menuju keislaman. Ringkasnya hijrah
kepada tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Makna terakhir oleh Ibnu Qayyim bahkan
dinyatakan sebagai al-hijrah al-haqiqiyyah . Alasannya hijrah fisik
adalah refleksi dari hijrah maknawi itu sendiri. Dua makna hijrah tersebut
sekaligus terangkum dalam hijrah Rasulullah saw. dan para sahabatnya ke
Madinah. Secara makani jelas mereka berjalan dari Mekah ke
Madinah menempuh padang pasir sejauh kurang lebih 450 km. Secara maknawi juga
jelas mereka hijrah demi terjaganya misi Islam. Al-Qahthani menyatakan bahwa
hijrah sebagai urusan yg besar. Hijrah berhubungan erat dgn al-wala’
wal-bara’ . Bal hiya min ahammi takaalifahaa bahkan
ia termasuk manifestasi yg paling penting. Penting karena menyangkut ketepatan
sikap seorang muslim dalam memberikan perwalian kesetiaan dan pembelaan. Juga
menyangkut ketepatan seorang muslim dalam menampakkan penolakan dan permusuhan
kepada yg patut dimusuhi.
Dalam sejarah para
rasul juga dekat dgn tradisi hijrah dan semua atas semangat penegasan batas
sebuah loyalitas kesetiaan keimanan yg berujung pada menuju yg lebih baik atas
ridha Allah. Sebut misalnya Nabi Ibrahim Khalilullah beliau telah melakukan
hijrah beberapa kali dari Babilon ke Palestina dari Palestina ke Mesir dari
Mesir ke Palestina lagi semua demi risalah suci. Termasuk hijrah beliau dari
Palestina menuju Mekah yg dalam perkembangannya menjadi syariat haji. Adalah
Ibrahim a.s. yang baru dikarunia Ismail anak yang selama ini dinanti harus
meninggalkan Palestina bersama istrinya Hajar menuju tanah gersang tak bertuan.
Di tempat itulah Ibrahim meninggalkan anak dan istrinya dengan hanya dibekali
sekantong makanan dan seteko air. Ibnu Katsir menceritakan dalam tafsirnya Saat
Nabi Ibrahim hendak berlalu sang istri menarik tali kekang tunggangannya dan
bertanya “Apakah kau akan meninggalkanku bersama anakmu di tempat yang tiada
tanaman lagi tak bertuan?” Ibrahim a.s. terdiam. Hajar mengulangi pertanyaannya
hingga tiga kali dan tetap saja Ibrahim diam. Sampai akhirnya Hajar mengganti
pertanyaan “Apakah Allah yg memerintahkanmu melakukan hal ini.” “Benar” jawab
Ibrahim. Hajar menimpali “Jika demikian Allah tidak akan mempersulit kami.”
Sungguh sebuah dialog yg menusuk hati merefleksikan keimanan yg amat dalam
sebuah ketundukan sekaligus pengorbanan yg menakjubkan. Terpancar sikap tawakal
yg begitu tinggi bahwa hanya Allah Yang Maha Menghidupkan Maha Memberi Rezeki
Maha Mematikan. Sempurnalah implementasi hijrah pada diri Ibrahim a.s. dan
keluarganya baik secara makani maupun maknawi. Ibrah dari
Hijrah Pelajaran yg nyata dari peristiwa hijrah adl sebuah pengorbanan. Setelah
para sahabat keluar dari ujian berupa siksaan dan cercaan dari Kafir Quraisy di
Mekah tidak otomatis menjadikan mereka bebas dari ujian berikutnya. Yang paling
gamblang adalah cobaan meninggalkan kemapanan. Tengoklah bagaimana sahabat
meninggalkan keluarga tercinta rumah pekerjaan tanah air dan sanak kadang.
Secara lahiriyah umumnya naluri manusia akan menyatakan ujian itu sungguh
berat. Meninggalkan nilai material yg barangkali selama ini mereka rintis dan
perjuangkan. Berpindah ke suatu tempat asing yg penuh spekulasi. Toh kecintaan
para sahabat akan Islam mengalahkan kecintaan pada semua itu. Kesucian akidah
di atas segalanya.
Hal ini sekaligus
menegaskan betapa maslahat din menempati pertimbangan tertinggi dari
maslahat-maslahat yg lain. Pelajaran lain hijrah menegaskan adanya perseteruan
abadi antara kebatilan versus kebenaran. Ibarat minyak dan air ia tidak akan
bisa bertemu karenanya adl sebuah utopia upaya-upaya “mengawinkan” antara nilai
Islam dengan civic culture yang bertentangan dengan Islam
terlebih jika dilandasi nafsu mendahulukan budaya ketimbang nilai Islam atas
nama pluralisme dan humanisme. Pelajaran berikutnya adalah perseteruan
kebenaran versus kebatilan mengharuskan manusia memilih salah satu di antara
keduanya tidak ada sikap “non-blok”. Allah SWT berfirman yg artinya “Kebenaran
itu datang dari Rabb-mu maka jangan sekali-kali engkau termasuk orang yg
ragu-ragu.” Untuk menangkap spirit hijrah lebih jauh rumusan sederhana
Ibnu Qayyim cukup menarik katanya dalam kata hijrah terkandung arti berpindah
“dari” dan berpindah “menuju”. Maksudnya berpindah dari yang semula tidak
sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya menuju kepada yang sesuai dengan
tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Jika rumusan global tersebut betul-betul dihayati
tiap muslim untuk selanjutnya secara konsisten diterapkan dalam sendi-sendi
kehidupan barangkali nasib umat Islam secara umum akan lebih baik dari
sekarang. Seorang koruptor akan berhenti dari korupsinya para preman akan
menghentikan aksi bromocorahnya tidak ada lagi muslim penimbun orang miskin
akan bersuka cita karena kucuran infak para dermawan. Para dai berhenti bersengketa
antar mereka dalam urusan yang kurang prinsip dan seterusnya. Lantas mengapa
kenyataannya tidak demikian? Barangkali karena kita kurang menghayati dan
mengamalkan arti hijrah sebagaimana mestinya. Wallahu a’lam. .
Referensi
1. Tafsir Al-Qur’an
al-Azhim Ibnu Katsir
2. Al-Wala’ wal-Bara’
fil-Islam Muhammad Sa’id al-Qahthani
3. Fiqhus-Sirah Dr.
Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi Al-Islam - Pusat Informasi dan
Komunikasi Islam Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
<
Mari berkicau!
Labels
- Goresan Pena UKMI (28)
- Zona Dakwah (12)
- About US (Ukmi fiS) (3)
- penerbitan (3)
- The Movie (2)
Followers
Label
- About US (Ukmi fiS) (3)
- Goresan Pena UKMI (28)
- penerbitan (3)
- The Movie (2)
- Zona Dakwah (12)
Search
Xpresi Qta..!
Labels
- About US (Ukmi fiS) (3)
- Goresan Pena UKMI (28)
- penerbitan (3)
- The Movie (2)
- Zona Dakwah (12)
Pages
Labels
- About US (Ukmi fiS) (3)
- Goresan Pena UKMI (28)
- penerbitan (3)
- The Movie (2)
- Zona Dakwah (12)
Generasi Update
- penerbitan (3)
Label
- About US (Ukmi fiS) (3)
- Goresan Pena UKMI (28)
- penerbitan (3)
- The Movie (2)
- Zona Dakwah (12)
About Me
![Foto saya](http://3.bp.blogspot.com/__ZuR6pXeizE/TNYsi1EPlWI/AAAAAAAAACQ/I43ybQLgvfk/S220-s80/logo+ukmi.jpg)
- UKMI ArRahman FIS
- Fakultas Ilmu Sosial UNIMED, Medan Sumatera Utara, Indonesia
- LDK komisariat Fakultas Ilmu Sosial di bawah naungan UKMI ARRAHMAN UNIMED yang bergerak dibidang syiar dakwah menuju campuz islami. Dengan Kepengurusan berjumlahkan 16 kader siap berjuang menegakkan izzah islam rahmatan lil 'alamin yg syamil dan kamil. Salam Ukhuwah, ALLAHU AKBAR
| © 2010 UKMI AR RAHMAN FIS |Blogger Template by BloggerTheme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kata yang positif melahirkan tindakan positif . . .