#main-wrapper { width: 433px; padding:15px; float: right; display: inline; word-wrap: break-word; overflow: hidden; -moz-border-radius: 5px 5px 5px 5px; -moz-box-shadow: 0 0 3px #CCCCCC; background: none repeat scroll 0 0 #FFFFFF; border: 1px solid #DDDDDD; margin: 5px; } #sidebar-wrapper { width: 225px; float: right; display: inline; word-wrap: break-word; overflow: hidden; -moz-border-radius: 5px 5px 5px 5px; -moz-box-shadow: 0 0 3px #CCCCCC; background: none repeat scroll 0 0 #FFFFFF; border: 1px solid #DDDDDD; margin: 5px; } #sidebar-wrapper2 { width: 225px; float: left; display: inline; word-wrap: break-word; overflow: hidden; -moz-border-radius: 5px 5px 5px 5px; -moz-box-shadow: 0 0 3px #CCCCCC; background: none repeat scroll 0 0 #FFFFFF; border: 1px solid #DDDDDD; margin: 5px; } -->

Senin, 11 Oktober 2010

Dilatar belakangi oleh dua hal, yaitu: peran mahasiswa serta kebudayaan bangsa kita. Jika kita berbicara mengenai peran mahasiswa, intinya: mahasiswa memiliki multi tanggung jawab. Paradigma mahasiswa jangan hanya kuliah saja, tidak sepenuhnya benar.

Secara sederhana tanggung jawab mahasiswa dibagi menjadi tiga.

1.    Mahasiswa bertanggung jawab pada dirinya sendiri.

        Dalam hal ini, mahasiswa berperan sebagai pelajar. Artinya, mahasiswa bertanggung jawab pada pemenuhan kebutuhan upgrading dirinya sendiri. Di tiap kesempatan, mahasiswa harus bisa menjadi lebih baik. Disini, kebutuhan jasmani dan rohanimahasiswa harus terpenuhi dan tentu saja, itu semua berdasarkan usaha masing-masing individu. Kebutuhan akan pemahaman disiplin ilmu, kebutuhan akan kemampuan managerial, serta kebutuhan akan kepuasan hati (termasuk rohani) merupakan macam-macam yang dibutuhkan oleh diri masing-masing.

2.    Mahasiswa bertanggung jawab pada penyokong kesuksesan operasional perkuliahannya

        Mahasiswa memiliki tanggung jawab moral. Tanggung jawab pertama adalah pada wali. Kewajiban tersirat yang biasanya menjadi “misi” tiap mahasiswa, akibat adanya tanggung jawab moral, adalah: lulus secepatnya. Hal tersebut lumrah, karena memang itu yang diharapkan sebagian besar oleh wali masing-masing mahasiswa. Tanggung jawab kedua adalah kepada semua yang mensukseskan perkuliahan. Secara individu, mahasiswa harus “tahu diri” dan tidak boleh egois. Mahasiswa bertanggung jawab secara moral terhadap temannya, dosen, dan pegawai kampus. Sederhananya, tanpa mereka tidak akan ada yang namanya dinamika perkuliahan.

3.    Mahasiswa bertanggung jawab pada bangsanya.

        Sesuai amandemen, negara bertanggung jawab atas pencerdasan dan kesejahteraan rakyat. ITB, UGM, UI, dan kampus-kampus negeri lainnya masih memiliki status “negeri”, yang artinya: semuanya adalah kampus milik rakyat. Kampus-kampus tersebut adalah bentuk manifestasi pemerintah untuk misi membangun negara. Segala dinamika kampus haruslah benar-benar dari, oleh, dan untuk rakyat. Sederhananya, ketika status kita menjadi “mahasiswa”  kampus-kampus tersebut, kita memiliki peran dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, mahasiswa masih diharapkan sebagai kaum terpelajar yang peka terhadap isu-isu yang beredar di masyarakat. Wajar apabila mahasiswa berperan sebagai “steering committee” bagi segala kebijakan birokrat.

Kebudayaan yang berkembang di masyarakat ikut mempengaruhi dinamika mahasiswa dan juga pemerintah. Di luar banyaknya kebudayaan asing yang ikut mempengaruhi mental bangsa kita, adat kekeluargaan masih ada dan terdapat di sebagian besar masyarakat kita.Inilah yang mendasari mengapa nepotisme masih terdapat dimana-mana. Jangan selalu beranggapan bahwa nepotisme adalah buruk. Untuk beberapa kasus, justru nepotisme adalah bentuk dari bekal persaudaraan yang luas. Pembagian peran akan sulit apabila hubungan silaturahmi tidak terjalin dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata yang positif melahirkan tindakan positif . . .