#main-wrapper { width: 433px; padding:15px; float: right; display: inline; word-wrap: break-word; overflow: hidden; -moz-border-radius: 5px 5px 5px 5px; -moz-box-shadow: 0 0 3px #CCCCCC; background: none repeat scroll 0 0 #FFFFFF; border: 1px solid #DDDDDD; margin: 5px; } #sidebar-wrapper { width: 225px; float: right; display: inline; word-wrap: break-word; overflow: hidden; -moz-border-radius: 5px 5px 5px 5px; -moz-box-shadow: 0 0 3px #CCCCCC; background: none repeat scroll 0 0 #FFFFFF; border: 1px solid #DDDDDD; margin: 5px; } #sidebar-wrapper2 { width: 225px; float: left; display: inline; word-wrap: break-word; overflow: hidden; -moz-border-radius: 5px 5px 5px 5px; -moz-box-shadow: 0 0 3px #CCCCCC; background: none repeat scroll 0 0 #FFFFFF; border: 1px solid #DDDDDD; margin: 5px; } -->

Rabu, 05 Januari 2011

Sstt.. Ada GOSSIP -__-




****

Sahabat, 
tidak mudah menutup aib atau keburukan orang lain, 
apalagi orang tersebut telah menyakiti kita. 
Mungkin tanpa sengaja kita menjadikan aib orang lain justru menjadi ”santapan” yang mengasyikkan dalam obrolan ringan kita. 
Bahkan aib merupakan bahan yang digemari untuk diulas dan dikupas di beberapa media.
Akhirnya aib orang lain menyebar baik bulu angsa yang ditiup angin kencang,
dan sulit untuk dikembalikan ke asalnya atau dihilangkan.


Sahabat,
siapapun kita pasti sepakat keburukan atau aib adalah sesuatu yang harus ditutupi khususnya keburukan yang tidak memiliki dampak merugikan banyak orang.
Bila kita mendapati diri ini berbuat salah, pasti sesegera mungkin akan kita tutupi.
Usaha kita menutupi aib sendiri sangatlah tidak mudah.
Namun, ternyata jerih payah kita menutupi aib justru dirusak oleh teman, sahabat atau saudara sendiri.
Sungguh hancur rasanya hati kita mendapati keburukan kita tersebar liar tak bisa kita kendalikan lagi.

Sebuah ungkapan mengatakan, ”kuman di seberang lautan nampak, namun gajah di pelupuk mata tidak kelihatan”.
Pepatah bijak ini lahir dari orang bijak yang sangat paham, bahwa manusia memiliki kelemahan dalam menilai keburukan sendiri, sementara dia sangat lihai dalam menggali keburukan orang lain.

Sahabat,
betapapun ”nikmatnya” mengkonsumsi aib sebagai ”makanan” renyah dalam obrolan,
namun sungguh menyebar aib akan menambah gelisah penyebarnya.
Membuka aib akan menambah beban hidup pembukanya.
Menggunjing kekurangan orang akan menguras waktu penggunjingnya.
Akhirnya dia akan kehilangan produkstifitas untuk memperbaiki dirinya sendiri karena waktu, pikiran dan tenaganya terbuang sia-sia.
Pembuka aib sebenarnya telah membuka kelemahannya sendiri sebagai orang yang merasa paling benar,
tidak bisa menjaga rahasia,
egois dan tidak peduli perasaan orang lain.

Sebaliknya, menutup aib akan membuat kita telah menyelamatkan diri orang lain dan juga menyelamatkan diri sendiri.
Tidak sedikit orang yang tadinya menggunjing aib saudaranya, suatu saat dia terkena masalah yang digunjingkannya.
Orang yang menutup aib, akan senantiasa waspada agar dia juga bisa memperbaiki diri dan memohon agar terlindung dari keburukan itu.
Dia juga telah membuat saudaranya terlindungi dari fitnah dan mebantu hidupnya teap bisa berjalan normal.
Orang yang sibuk dengan aib dirinya takkan peduli dengan aib saudaranya.

Sahabat, goresan pena ini semoga bisa menjadi renungan untuk senantiasa sibuk dengan kekurangan diri sendiri
sehingga waktu, pikiran dan tenaga kita bisa disalurkan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan produktifitas amal kita.

***

1 komentar:

Kata yang positif melahirkan tindakan positif . . .