#main-wrapper { width: 433px; padding:15px; float: right; display: inline; word-wrap: break-word; overflow: hidden; -moz-border-radius: 5px 5px 5px 5px; -moz-box-shadow: 0 0 3px #CCCCCC; background: none repeat scroll 0 0 #FFFFFF; border: 1px solid #DDDDDD; margin: 5px; } #sidebar-wrapper { width: 225px; float: right; display: inline; word-wrap: break-word; overflow: hidden; -moz-border-radius: 5px 5px 5px 5px; -moz-box-shadow: 0 0 3px #CCCCCC; background: none repeat scroll 0 0 #FFFFFF; border: 1px solid #DDDDDD; margin: 5px; } #sidebar-wrapper2 { width: 225px; float: left; display: inline; word-wrap: break-word; overflow: hidden; -moz-border-radius: 5px 5px 5px 5px; -moz-box-shadow: 0 0 3px #CCCCCC; background: none repeat scroll 0 0 #FFFFFF; border: 1px solid #DDDDDD; margin: 5px; } -->

Sabtu, 06 November 2010

FILOSOFI KEHIDUPAN LABA-LABA (Al-'Ankabut)


Al-‘ankabu atau ‘ankabatun yang lebih dikenal dengan al-‘Ankabut adalah bentuk mufrad dari kata ‘anakib atau kata ‘ankabutat merupakan nama salah satu jenis serangga berkaki delapan yang dalam bahasa Indonesia disebut laba-laba atau spider dalam bahasa Inggris.

Serangga ini membuat sarangnya yang berbentuk jaring-jaring dari benang sutra (air ludahnya) yang dihasilkan dari perutnya yang juga berfungsi sebagai perangkap mangsa.
Kata al-‘Ankabut merupakan nama salah satu surat di dalam al-Quran, yaitu Surah al-‘Ankabut ( Surah ke 29), yang terdiri dari 69 ayat. 

Meskipun al-‘Ankabut merupakan nama surat, kata al-‘Ankabut itu sendiri hanya ditemukan dua kali di dalam Alquran, yaitu pada Surah al-‘Ankabut (29): 41:
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindungnya selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahuinya).”

Fenomena hidup laba-laba sangat menarik untuk kita kaji. Kehidupan seekor laba-laba memiliki keunikan berikut ini:

1. Laba-laba giat bekerja tak kenal lelah
Sewaktu kita sedang menatap interior rumah atau sewaktu terpaku pandang pada sebatang pohon, mungkin ada beberapa laba-laba yang membuat sarang di sana. Kemudian jika tergerak hati kita untuk membersihkan atau mungkin juga iseng untuk merusak sarang laba-laba tersebut. Kemudian coba perhatikan apa yang dikerjakan oleh laba-laba setelah sarangnya hancur? Ternyata laba-laba membuat kembali sarang barunya di tempat yang sama. Berapakalipun manusia merusak sarangnya, sebanyak itulah laba-laba dengan penuh semangat bekerja tak kenal lelah untuk memperbaiki dan membuat sarang baru. 
Melihat perangai laba-laba tadi, mengajarkan kepada kita untuk tidak kenal lelah dan tidak kenal putus asa, seandainya dalam hidup ini kita mengalami kegagalan sehingga tidak mengeluh dan putus asa, bangkit lagi untuk berjuang lebih giat menghadapi dan mengurangi potensi kegagalan yang menghadang. 
Ingat, kegagalan adalah bagian kecil dari proses menuju sukses dan tidak ada kesuksesan yang tercipta tanpa sebuah kegagalan. Jadikan kegagalan sebagai awal introspeksi diri dan bekerja lebih keras.

2. Laba-laba contoh egoisme sektoral

Laba-laba dengan filosofi hidupnya hanya berfikir dan berbuat untuk kepentingan dan kesenangan dirinya saja. Dia membuat sarang berupa jaring-jaring untuk memperdaya dan menangkap hewan lain untuk makanannya. Yang dia pikirkan hanya dirinya saja dan dia tidak perduli dengan nasib hewan lainnya. 
Orang yang berbudaya seperti laba-laba sangat merugikan orang lain dan tidak mensyukuri nikmat yang telah didapatkannya, ia tidak lagi berpikir tentang sekitarnya dan mereka tidak lagi membutuhkan berpikir apa, siapa, kapan, dan di mana. Apa yang ia pikirkan hanyalah untuk kepentingan dan kesenangan pribadi.

3. Jaring Laba-laba contoh model Networking Management
Sistem jaring-jaring rancang bangun sarang laba-laba mengilhami manusia untuk membangun Networking Multilevel Marketing dan strategi militer. Networking Multilevel Marketing mengambil i’tibar dari dari laba-laba karena sarang laba-laba identik dengan jaring-jaring keagenan (jaringan pemasaran) yang menyatu dan saling menguatkan satu sama-lainnya. 
Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu kegiatan usaha bersifat berkesinambungan dan terpadu, harus dapat tercipta-tumbuh dan terpelihara. Strategi militer juga mengadopsi prinsip jaring laba-laba (spidernet). Pemimpin berada di tengah atau pusat organisasi jaringnya. Apabila ada hambatan, ancaman dan gangguan terhadap eksistensi organisasinya, getaran dari si pembuat masalah terasa sampai kepada sang pemimpin yang selanjutnya turun langsung menuju pusat gangguan untuk mengamati seberapa besar masalah yang ada dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. 
Apabila si pembuat onar tadi sampai merusak jaring organisasi maka sang pemimpin beserta kesatuannya akan berusaha memperbaikinya seperti sediakala. Dalam strategi militer, kalau ada ancaman terhadap organisasi diselesaikan di kesatuan. Jika tidak memungkinkan, baru meminta bantuan dari kesatuan lain dan bersama-sama menghadapinya.

Bagaimana peran seorang pemimpin organisasi yang baik ?
Ing Ngarso Sung Tulada : Apabila berada di depan, berperan memberi teladan kepada bawahan
Ing Madyo Mangun Karso : Apabila berada di tengah, berperan sebagai penyeimbang dan pemberi semangat
Tut Wuri Handayani : Apabila di belakang, berperan mengikuti, merasakan/menjalani sambil membimbing

Nilai-nilai filosofi dari Ki Hajar Dewantoro tersebut sulit untuk dilupakan. Menjadi pemimpin bukan hal yang mudah, karena seorang pemimpin harus dapat menjadi contoh teladan (Uswatun Hasanah), mengajari dan ikut menjalani, bisa membangkitkan semangat bawahan. Kalau jadi komandan (commander-pemberi perintah) adalah hal yang mudah karena punya otoritas bisa memerintah, dengan konsekuensi siapa yang tidak taat bisa diberi sanksi. 
Pemimpin yang ditaati karena disegani karena tiga sifat di atas lebih utama, akan disayangi, bisa sesenyum setangis bersama bawahan sehingga pada akhirnya akan menumbuhkan rasa saling mengerti, saling memiliki dan saling bertanggung jawab untuk bergerak maju bersama dalam upaya mencapai keberhasilan organisasi dibandingkan dengan pemimpin yang ditaati karena takut kalau-kalau akan memberikan sanksi.

4. Laba-laba contoh model Kepribadian Mudah Panik/Kalang-kabut

Naluri laba-laba menganggap bahwa hewan lain selain dirinya adalah musuh sekaligus mangsa untuk makanan dirinya. Begitu ada hewan lain yang mendekat ke sarangnya dia terlihat pontang-panting panik bergerak ke segala arah. 
Orang yang menganggap orang lain sebagai pesaing bagi target/cita-cita pribadinya dan bukan sebagai mitra kerja, akan selalu dalam posisi khawatir orang lain akan mengganggu keberhasilan pencapaian target/cita-citanya. Dia akan pontang-panting bergerak ke segala arah mencari keyakikan dan ketenangan diri bahwa target/cita-citanya tidak terganggu. Tindakannya kalangkabut laksana seperti seekor laba-laba. 
(Catatan: Kalangkabut merupakan kata serapan bahasa Arab : Kaal-ankabut=seperti laba-laba).

5. Jaring Laba-laba Indah Tapi Rapuh
Allah menjadikan laba-laba sebagai contoh dalam Al Qur’an, bukan karena laba-laba binatang yang istimewa sepertihalnya semut atau lebah, melainkan karena laba-laba merupakan binatang yang lemah dan bodoh. 
Laba-laba membuat sarang (rumah) yang terbuat dari benang halus untuk melindungi dirinya dari panas dan dingin serta untuk menolak penderitaan bagi dirinya. Akan sang laba-laba tidak mengetahui kalau rumahnya yang berupa jaring-jaring itu meski terkesan sangat indah dilihat tapi sangat rapuh, dan ternyata tidak dapat melindunginya dari kesengsaraan ketika ia membutuhkannya. 
Sebagaimana disebutkan Qur’an Surah Al-Ankabut Ayat 41, Allah memberikan perumpamaan itu berkaitan dengan kebodohan orang-orang musyrik yang menjadikan berhala dan patung sebagai sesembahan dan penolong bagi mereka. Padahal, berhala dan patung itu sama sekali tidak dapat menolong mereka. 
Maka, Allah menyamakan kekurangan dan kelemahan orang-orang musyrik dengan laba-laba dalam mencari pelindung untuk dirinya. Orang-orang musyrik dan laba-laba sama-sama bodoh di dalam membuat pengaman dan pelindung untuk dirinya, karena pelindung yang diharapkan dapat melindungi mereka ternyata tidak dapat diandalkan. 
I’tibar/pelajaran, bahwa :
Giatlah bekerja tanpa keluh kesah dan putus asa. 
Jadikan kegagalan sebagai awal dari proses menuju sukses. Dalam berorganisasi hendaknya bersatu saling menguatkan bekerja sama dalam mencapai tujuan. 
Jadikan orang lain sebagi mitra kerja dalam mencapai keberhasilan organisasi. J
adilah pemimpin yang memberi teladan, memberi semangat dan membimbing ke arah keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin yang ditaati karena disegani, bisa sesenyum setangis bersama bawahan sehingga timbul saling pengertian, saling memiliki dan saling bertanggungjawab untuk bergerak maju bersama menuju keberhasilan organisasi. 
Jadikan Allah SWT sebagai satu-satunya pelindung dan penolong dalam kehidupan kita agar hidup mendapat Ridho dan Baroqah-NYA.

Semoga kita dapat mengambil i’tibar/pelajaran dari filosofi kehidupan laba-laba tersebut sehingga dapat menjalani kehidupan ini sesuai fithrah selaku Khalifah Fil Ardhi dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Hidanyah, Taufieq dan Inayah-NYA. 
Organisasi yang kita pimpin atau kita miliki saat ini (organisasi Keluarga, Masyarakat dan Negara) dapat menjadi organisasi yang sukses, mengedepankan kinerja, berbasis sinergi serta mendapat Ridho dan Baroqah Allah SWT.

_Bumi_
#Share dari Al-Akh d Sulawesi Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata yang positif melahirkan tindakan positif . . .